jump to navigation

Rindu Man Jamino, Besut, dan Rusmini Desember 19, 2007

Posted by Mochammad Asrori in essay, indonesia, jawa, puisi.
trackback

Man Jamino, Besut, dan Rusmini adalah karakter fenomenal dalam cerita ludruk besutan. Ludruk jenis ini awalnya berkembang sejak jaman penjajahan Jepang di daerah Jombang Jawa Timur. Rombongan ludruk ini akrab dinamai besutan, karena lakon yang dimainkan diiringi dengan musik, tari, dan nyanyi, melukiskan tiga tokoh, masing-masing, Besut, Man Jamino, dan Rusmini. Saat hari masih terang seseorang dari rombongan mereka membawa obor dan gong kecil yang kemudian dipukul-pukul sambil menginformasikan bahwa nanti malam akan ada pementasan. Jika ditanya kenapa masih terang sudah menyalakan obor, maka dengan gagah dan berani akan dijawab, “Ini lambang penerangan, Cak. Seni harus dimanfaatkan sebagai juru penerang bagi rakyat, untuk menyadari bahwa penjajahan Jepang harus dilawan, sebab penjajahan ini menyebabkan rakyat sengsara.”

Ketiga tokoh dalam ludruk besutan, dalam masa pendudukan Jepang memang dimanfaatkan untuk menggambarkan perangai-perangai manusia, antara yang baik dan yang buruk. Tema tetap sama dengan kerangka pokok seni teater secara universal, bahwa keburukan harus dikalahkan oleh kebaikan. Tokoh-tokohnya terdiri dari: Man Jamino sebagai tokoh utama. Besut adalah keponakannya. Sedangkan Rusmini adalah istri Besut. Perkembangan pada masa pendudukan Jepang tokoh-tokoh Man Jamino, Besut, dan Rusmini ditampilkan sebagai lambang-lambang politik.

Tokoh Man Jamino diidentikkan dengan manusia Jepang, Besut manusia Indonesia, dan Rusmini adalah tanah air Indonesia. Man Jamino dalam cerita besutan diceritakan silap mata karena ingin merampas istri besut, Rusmini. Bisa dianalogkan dengan bangsa Jepang, yang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia, tetapi malah bertingkah mau merampas tanah air milik bangsa Indonesia.

Rombongan besutan dipimpin oleh tede, penjawaan istilah T.D. yang dalam bahasa Belanda berarti Toneel Directeur. Walaupun pimpinan, peran tede dalam muncul dalam tiap sesi keseluruhan pertunjukkan. Saat tampil, tede memakai topi merah dan baju celana berwarna putih, sebagai lambang sang saka bendera pusaka. Penampilannya di panggung sangat lucu. Ia muncul dengan melakukan ngremo, tarian khas pembukaan ludruk yang durasinya kurang lebih 5 menit. Ia juga muncul di awal pertunjukkan melakukan ngepur, yaitu menyajikan pendahuluan tentang pertunjukkan, hal ini dilakukannya dengan ngidung dan lawak. Kidungan sang tede terdiri dari empat bagian, yaitu pos, lombo, rangkep, dan dolanan.

Pada pos, gending (lagu) pengiring dihentikan, dan hanya iringan kempul yang tinggal. Kidungan sang tede pada bagian pos biasanya lucu untuk memikat tawa penonton.

Narodo dewo kayangan
anak limbuk ngaku widodari
Ono rondo turu gak kutangan
Nglimbruk manasno ati
Ngono-ngono salahe sopo
Iwak pedo nikmat rasane
Bareng thak gudo
Kumat ayane

(Terjemahan: Narada dewa kayangan, anak Limbuk ngaku bidadari, ada janda tidur tidak memakai BH, seenaknya rebahan membuat panas hati, begitu itu salah siapa, ikan pedak nikmat rasanya, ketika kugoda eh kumat sakit ayannya)

Sehabis pos, tede melakukan lombo. Pakem lombo, hitungan untuk satu kidungan terdiri dari dua gong. Lombo ini banyak berisi petuah-petuah dalam kehidupan.

Suroboyo cegatan peneng
Klambi ijo panitenono
Dadi wong tuwo jok trimo meneng
Nek duwe bojo pirantenono

(Terjemahan: Surabaya ada operasi peneng, baju hijau coba perhatikan, jadi orang tua jangan hanya tinggal diam, jika punya istri perhatikan betul-betul)

Kemudian tede melakukan rangkep, dalam pakem ludruk tede melanjutkan lombo di atas dengan rangkep yang aturannya satu gong, satu kidungan, dan pukulannya digandakan.

Nang ujung katon Maduro
Tanjung Perak akeh kapale
Ayo unjung nang nggone wong tuwo
Supaya awak ilang sangkale

(Terjemahan: Di Ujung terlihat Pulau Madura, Tanjung Perak banyak kapalnya, ayo berkunjung ke tempat orang tua, supaya badan hilang sialnya)

Pada bagian terakhir, dinyanyikan pakem dolanan. Pada akhir larik gending pendek yang dinyanyikan tede selalu diserukan “rewel” oleh semua yang hadir, jadi ada pula yang menyebut gending rewel.

Ngene salah ngono salah
Omong salah meneng salah
Rewel!

Begitulah sang tede mengawali pertunjukkannya. Ibaratnya jamuan makan, maka sang tede hadir sebagai penggugah selera bagi penonton, sebagai appetizer. Tapi walaupun begitu, inilah sebenarnya inti tujuan dari ludruk besutan, mengajak orang-orang yang melihat, yang kehidupannya telah susah dan sengsara, untuk terhibur dan bisa tertawa lepas. Kekuatan utama ludruk, yaitu banyolan atau lawakannya menjadi ukuran keberhasilan pertunjukkan. Jika pertunjukkan bisa membuat tertawa, atau istilahnya der, maka pertunjukkan sukses digelar. Jika pementasan tidak bisa membuat penonton tertawa, maka tontonan jadi lenyu. Jika situasai ini terjadi, tede akan langsung mencari motif-motif baru yang bisa mengubah suasana penonton agar dapat tertawa.

Setelah tede selesai, maka pertunjukkan dilanjutkan dengan bedayan, yaitu memperkenalkan para pemain yang berlakon dalam cerita melalui tarian. Salah satu penari bedayan harus membuat gerakan-gerakan jenaka. karena tugasnya untuk melawak melalui gerak, maka ia tampil dengan kostum yang jelek. Ia lalu memanggil nama sesorang dan menjadi keharusan bagi orang yang dipanggil harus menjawab nama orang yang memanggil.

“Man Jamino, Man!”
“Besut!”

Begitulah, kemudian mulailah cerita digulirkan. Man Jamino, Paman Besut, semula digambarkan orang yang berhati baik, suka memuji dan menolong. Suatu hari Besut datang memberitahukan bahwa ia mendapat wangsit agar pergiu ke luar negeri untuk menuntut ilmu. Maka ia berpamitan dengan Man Jamino dan Rusmini, istrinya. Sebelum pergi, Besut berpesan pada Man Jamino untuk menjaga keamanan sekaligus kehormatan istrinya, Rusmini.

Tapi sepeninggal Besut, Man Jamino malah berubah tabiat. dia menjelek-jelekkan Besut dan mempengaruhi Rusmini agar mau menceraikan Besut. Tujuannya jelas agar Rusmini kemudian dapat ia gagahi sendiri.

Sifat belang Man Jamino ini akhirnya terpergok Besut, karena ternyata ia hanya pura-pura berangkat ke luar negeri. Ia ternyata sudah mengendus tabiat bvuruk Man Jamino, dan ingin menangkap basah Pamannya yang berhati bejat itu.

Dalam masa pendudukan Jepang, pertunjukkan ini sangat efektif memompa rakyat untuk bergerak melawan penjajahan. Perangai-perangai yang digambarkan bergerak secara hitam putih, antara yang baik dan yang buruk, dan pada akhirnyalah segala keburukan akan tercium dan akan takluk oleh kebaikan.

Ketiga tokoh dalam pertunjukkan besutan mudah sekali di desain dengan karakter yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat manapun. Sesuai namanya, besutan, maka memang ludruk ini sengaja di desain agar bisa fleksibel untuk alat propaganda dan protes sosial. Di dalamnya kita biasa mendengar pengungkapkan dialog-dialog lugas dan gamblang, bahkan dengan bumbu vulgar, penuh cibiran, penuh kritik, dan penuh analog.

Sayangnya, cerita ludruk besutan, kini sudah sangat langka dipentaskan lagi. Padahal besutan sangat akomodir untuk mengkritik, minimal sebagai media pengingat ketimpangan sosial dan segala carut marut yang terjadi di negara ini. Mungkin beberapa catatan kecil di atas dapat menyegarkan kerinduan (siapapun) pada seni tradisi yang bernama ludruk besutan.

STIFORP Indonesia

Komentar»

1. Sawali Tuhusetya - Desember 19, 2007

Ludruk, selalu mengingatkan saya kehidupan wong cilik yang seringkali tertindas oleh *halah sebuah kekuasaan*.
OK, salam kenal kembali yak Bung Rori. Kayaknya tulisannya khas seorang jurnalis, hehehehe 😆 Mengalir dan enak dibaca.

2. Rori - Desember 19, 2007

Trims untuk kunjungannya, Pak Sawali. Mengalir dan enak dibaca? Ah, ini kan cuma tulisan yang (belajar) mengapresiasi dunia seni dan sastra. Yah, coba-coba seperti panjenengan gitu lah. ^_^

3. nexlaip - Desember 20, 2007

walaupun saya hanya orang biasa tapi saya merasakan kekuatan dari tulisan yang ada penuh ilmu pengetrahuan dibidangnya

4. essay « erockbabock - Desember 21, 2007

[…] essay Posted on 11:21 by jimmy_indra2000 Rindu Man Jamino, Besut, dan Rusmini […]

5. Rori - Desember 22, 2007

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar, Nexlaip. Wah, jadi bersemangat, nih. ^_^

6. riza aribowo - Mei 7, 2009

terima kasih atas publish tentang besutan karena kami masih termasuk keluarga pendiri besutan, semoga menjadi manfaat bagi semua orang

7. Result - November 25, 2010

Whaaoo… luar biasa, ternyata ada juga OPJ (Opera Van Java) versi jombang.. hebat.. hebat..

Patut di KOPAS..

8. salam - November 12, 2016

situs download video besut man jamino, ada yang tau nggak..? kalau tau tolong beritahu saya.


Tinggalkan Balasan ke Result Batalkan balasan